Ini Biang Kerok Harga Ayam Naik Terus

Harga jual daging ayam mengalami kenaikan yang cukup tinggi sepanjang bulan Ramadhan. Berdasarkan catatan Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), harga daging ayam di pasar telah meraih Rp 40.000-41.000/Kg. Bahkan, di lokasi DKI Jakarta, harga ayam meraih Rp 45.000/ekor dengan berat biasanya 0,95-1,05 Kg.


“Ayam ini salah satu komoditas yang sejak awal Ramadhan sampai detik ini belum pernah mengalami penurunan harga. Ini termasuk berlangsung secara nasional,” kata Ketua Umum (Ikappi) Abdullah
Lalu, berdasarkan information Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga daging ayam ras fresh secara nasional ialah Rp 35.950/Kg.

Namun, di sebagian provinsi, sekiranya Nusa Tenggara Timur (NTT), harganya tembus Rp 48.500/Kg, di Bali Rp 44.500/Kg, dan di Nusa Tenggara Barat (NTB) Rp 43.900/Kg.
Sementara itu, harga ayam di DKI Jakarta berdasarkan Info Pangan Jakarta tembus Rp 40.558/ekor.

Abdullah mengaku tak paham apa penyebab harga ayam naik. Pasalnya, menurut Ikappi pasokan senantiasa aman, artinya tetap dapat mengimbangi permintaan.

“Pasokan relatif aman, tidak pernah ada kekurangan komoditas. Dan ayam yang dipotong di pasar itu relatif telah besar-besar. Artinya tidak dipercepat panennya. Kalau komoditas itu nggak banyak, biasanya yang di pasar itu ukurannya tetap kecil-kecil tetapi telah dipotong. Kalau di pasar ayamnya besar-besar, artinya produksinya aman,” papar Abdullah.

Sementara itu, menurut Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah Pardjuni, kenaikan harga ayam hanya berlangsung di tingkat pedagang. Pasalnya, peternak tetap menjual ayam hidup atau livebird di kisaran Rp 19.000-21.000.

“Untuk kasus harga sesungguhnya yang telah karkas (daging) biasanya pedagang-pedagang di pasar sesungguhnya tingkatkan harga berasal dari harga sebelumnya.

Jadi kecuali harga Rp 20.000/Kg ayam hidup berasal dari peternak, sesungguhnya di pasar mestinya di pasar Rp 32.000-34.000/Kg. Karena rumus pengalihannya harga di kandang dikalikan 1,6-1,7 berasal dari harga di kandang. Jadi kecuali harga Rp 40.000 sesungguhnya mengambil untungkan kebanyakan,” paham Pardjuni.

Ia mengatakan, selagi ini sesungguhnya harga pokok produksi (HPP) ayam tinggi dikarenakan pasokan pakan menipis, dan harga pakan itu sendiri baik jagung maupun SBM telah naik sejak awal 2021. Namun, para peternak tetap menjual livebird tak jauh berasal dari HPP.


HPP di Jawa Tengah (Jateng) itu telah Rp 19.500-20.000/Kg livebird. Kalau Jabar lebih tinggi Rp 1.000-1.500/Kg ayam hidup. Tapi sesungguhnya angka yang kita jual itu ya sama seperti HPP,” ungkap Pardjuni.

Ia mengatakan, peternak telah bergulat dengan HPP yang tinggi, selagi harga jual tak jauh berbeda, apalagi sama. Tak hanya disebabkan oleh harga pakan yang tinggi, harga bibit atau day old chick (DOC) termasuk terus mengalami kenaikan, dan kini meraih Rp 7.000/ekor.

“Ini beban berat membuat peternak. Kalau ini dibiarkan terus, walaupun harga tinggi, peternak tidak untung,” tutup dia.