Berbuat salah adalah manusiawi. Tapi jika melakukan ini, bisa besar nanti masalahnya.
KEKERASAN FISIK.
Karena sangat emosi, Mama Papa marah sampai memukul, menendang, menjambak, atau kekerasan fisik lainnya. Perbuatan ini Karam dilakukan kepada anak-anak. Jika dilakukan pada anak orang lain, selain menyakiti, kekerasan fisik merupakan tindakan kriminal. Sementara ke anak sendiri lebih parah lagi, kita bisa diadukan ke Komnas Perlindungan Anak, diadili, bahkan diambil hak asuhnya. Sementara anak pun akan mengalami bukan hanya luka fisik, tetapi juga psikis. Secara fisik mungkin bisa segera disembuhkan, tapi tak demikian dengan luka psikis. Bahkan anak harus menjalani terapi khusus untuk menghilangkan traumanya.
TERLALU SERING
Kesalahan yang terlalu sering juga harus dihindari. Misalnya, hari ini berbohong, besok membuang sampah sembarangan, lusa bermain gadget padahal harus menemani anak belajar, di hari berikutnya memarahi pengemis, dan seterusnya. Sebab, semakin sering anak melihat orangtuanya melakukan kesalahan, semakin mungkin anak akan menirunya dan bisa menjadi kebiasaan. Kesalahan yang dilakukan terlalu sering tidak bisa ditoleransi karena hal ini menunjukkan Mama atau Papa tidak komitmen atau tidak konsisten dalam menerapkan pola asuh yang baik.
DILANDASI KEBENCIAN
Anak mungkin pernah melakukan kesalahan sebelumnya. Nah, kekesalan kita terus disimpan di dalam Kati sambil mencari kesempatan untuk menumpahkannya ke anak. Pas ketika anak melanggar aturan lagi, kita pun memarahinya dengan tujuan meluapkan emosi. Bukan untuk mengoreksi perilakunya. Hindari hal ini. Selain salah tujuan, biasanya kemarahan yang dilandasi dendam akan diikuti dengan cacian, makian, bahkan kekerasan fisik. Hal ini bisa berdampak negatif pada anak. Ia bisa menjadi pribadi yang rendah diri, merasa serba salah, bahkan mungkin kelak bisa menjadi sang pembangkang.
BERTENGKAR DENGAN PASANGAN
Perselisihan di dalam rumah tangga merupakan hal wajar. Katanya, ini adalah kerikil-kerikil yang perlu diatasi. Tetapi perselisihan harus diselesaikan berdua saja, tidak di depan anak-anak. Jika perselisihan ditunjukkan di depan anak, sengaja atau tidak, maka kita sudah melakukan kesalahan besar. Anak-anak akan sangat terluka hatinya, bertanya-tanya kenapa orangtua yang mereka sayangi dan menjadi role model saling memarahi, mencaci, Bahkan melakukan kekerasan fisik. Ini tidak bisa ditoleransi karena sulit bagi anak untuk memahami pertengkaran orangtuanya. Sulit bagi anak untuk memahami tentang perselingkuhan, himpitan ekonomi, masalah mertua, yang mungkin menjadi akar permasalahan kenapa Mama Papa menjadi begitu emosional. Jika ada masalah, sebaiknya selesaikan hanya berdua dan bukan di depan anak-anak.
Catatan penting untuk anak yang ingin memasuki unversitas dibutuhkan persiapan yang matang. Berikut ini info seputar tes persiapan masuk universitas luar negeri yang lengkap http://sat-jakarta.com/.