Itu baru telepon. Pos lain adalah listrik. Apakah perlu menggunakan bola lampu yang lebih hemat, apakah dengan mengurangi pemakaian listrik secara bersamaan di malam hari? Hal-hal semacam inilah yang seyogianya dikuasai sehingga Anda tahu bagaimana mengeluarkan uang secara bijak untuk setiap pos tersebut.
Cuma mesti diingat, bijak yang berkorelasi dengan hemat ini pai membuat Anda pelit. Harus dibedakan antara hemat yang pelit, dengan hemat yang kreatif. Hemat pelit misalnya hemat yang dilakukan dengan cara memaksa, enggak masuk akal. Sebagai contoh, seseorang tinggal sekitar 10 km dari rumah ke kantornya. Hanya karena ingin hemat, dia berjalan kaki. Padahal dia punya uang untuk membayar ongkos transportasi umum. Cuma mungkin bukan alat transportasi pribadi seperti taksi, tapi coach atau mikrolet, misalnya. Jadi, pengertian hemat harus diluruskan: hemat bukan berarti pelit, tapi kreatif.
Banyak toko yang berteriak memberikan diskon hingga 50percent, 70per cent, bahkan 90percent
Berhubung Anda sudah terlanjur berada di dalam toko dan tidak enak kalau keluar tanpa menenteng barang sama sekali, maka sering pembelanjaan itu tetap dilakukan juga walaupun dengan diskon yang cuma 10percent. Parahnya lagi, barang itu bukan barang yang Anda butuhkan. Kedengarannya Anda banget, ya?
Pesan saya cuma satu: belanja adalah sesuatu yang mungkin akan selalu Anda lakukan. Namun, apa yang Anda belanjakan itulah yang akan menentukan apakah gaji Anda akan habis begitu saja atau tidak.
Ada, bahkan banyak yang belanja di atas gaji yang diterima. Boleh percaya boleh tidak, dari 10 orang yang saya tanya berapa persen gaji yang digunakan untuk berbelanja, 8 dari 10 orang mengatakan: 110%. Artinya, dari sejumlah orang berpenghasilan sebesar aˆ“ katakan Rp 1 juta aˆ“ 80%-nya membelanjakan Rp 1,1 juta.