Teknologi Web Yang Akan Menjadi Tren di Tahun 2019

Beberapa waktu yang lalu, kami sempat mempost di media sosial mengenai tingkat popularitas bahasa pemrograman di tahun 2018 lalu. Dalam pos tersebut, saya dan anda bisa melihat bahwa Javascript (yang seharusnya secara resmi dinamakan ECMAScript) sebagai bahasa pemrograman web resource merasakan peningkatan, sedangkan bahasa pemrograman Java yang dipakai dalam pengembangan software Android malah menurun. Padahal, saat ini nyaris semua orang mempunyai smartphone di mana Android menguasai sistem operasi perlengkapan mobile bila dilihat jumlah pemakainya.

Jika kita mengingat kembali 5 tahun belakangan ini, pertumbuhan teknologi web semakin cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Framework-framewok pengembangan software web resource juga tumbuh cepat lagipula sejak hadirnya node.js di mana Javascript bisa dipakai sebagai bahasa pemrograman back-end. Belum lagi Google perusahaan teknologi yang memang dulunya bermunculan sebagai software web menambahkan banyak fitur dalam Chrome supaya para developer web bisa mendobrak batasan-batasan dalam software web.

Beberapa tahun yang lalu kita pun mengenal istilah responsive design yang tidak jarang dibawa-bawa oleh developer web dalam menawarkan jasanya. Responsive design waktu tersebut memang sebuah yang usahakan dipunyai oleh website. Sekarang? Website dapat dikatakan ketinggalan jaman, jadul, atau bahkan dapat disangka artefak andai desainnya tidak responsif. Di tahun 2019 tren teknologi web sudah berpindah ke teknologi yang lebih modern dari sebatas desain yang responsif. Berikut ini ialah tren teknologi web yang dapat Anda bangga-banggakan dalam portfolio kita sebagai developer web.

Progressive Web App

Progressive Web App mungkin ialah teknologi yang paling dominan dalam pengembangan software web. Secara singkat, Progressive Web App (PWA) ialah aplikasi web yang mempunyai experience layaknya software native baik mobile atau desktop. Experience ini bisa berupa push notification, dapat dimulai secara offline, serta akses terhadap hardware yang terdapat di device laksana GPS, kamera, dan sensor-sensor yang lain.

Teknologi ini diinisiasi oleh Google. Seperti yang anda ketahui bahwa di samping Android, Google pun mempunyai operating system yang digunakan di laptop dengan harga tercapai yaitu Chrome OS. Pada dasarnya Chrome OS ini ialah sebuah browser yang dijadikan operating system dengan kernel Linux di dalamnya. Jadi supaya environment Chrome OS ini tidak miskin software Google berjuang mendorong semua web pengembang untuk menjadikan PWA sebagai standar software web. Di samping itu, informasinya Google pun sedang mengembangkan Fuchsia OS (sebuah operating system serupa Chrome OS namun untuk perlengkapan mobile) yang disiapkan guna menggantikan Android.

BACA JUGA  Cara Kerja Google Merangking Sebuah Keyword

Contoh beberapa software terkenal yang sudah memakai teknologi PWA antara lain:

• Alibaba

• Twitter

• The Washington Post

Anda dapat mengikuti Pelatihan Progressive Web App (PWA) jika Anda ingin dapat mengembangkan web dengan teknologi ini.

Accelerated Mobile Pages

Siapa yang tak kenal Google News? Aplikasi kepunyaan Google yang terdapat di Android dan iOS ini memiliki manfaat membagikan berita ke pemakai sesuai dengan minat dari pemakainya. Konten yang diberikan oleh Google News itu adalah konten yang sudah mendukung bentuk Accelerated Mobile Pages (AMP). Accelerated Mobile Pages (AMP) ialah sebuah framework pengembangan web minimalis. Hanya HTML dan CSS saja dalam halaman web AMP tidak terdapat Javascript.

Misi dari AMP ini ialah mengisi halaman web dalam waktu tidak cukup dari dua detik. Oleh sebab itu, pemakaian AMP sesuai untuk halaman berita dan blog di mana konten tulisan atau potret menjadi unsur utama. Di samping itu, keuntungan suatu halaman web yang mendukung bentuk AMP ialah SERP. Ya! AMP ini sangat dominan terhadap ranking halaman web di Google Search. Bukan rahasia lagi andai algoritma web crawler yang dipunyai Google kini lebih mengkhususkan performa web suatu eksternal link.

Anda dapat melihat arsip dari AMP Project di sini.

Voice Search Optimization

Voice search memang fitur yang masih jarang dimanfaatkan oleh orang Indonesia. Home speaker pintar dari Amazon, Apple, atau Google bukan barang yang dicari. Memang fitur Google Assistant atau SIRI terpasang secara default di perlengkapan Android atau iPhone tapi sebab terkendala oleh masalah bahasa masih jarang pun orang Indonesia yang menggunakan fitur ini. Walaupun begitu, seiring dengan berjalannya waktu, AI dari setiap voice assistant tentunya akan semakin pintar sebab terus akan mempelajari bahasa di samping Bahasa Inggris.

BACA JUGA  TREN DESAIN WEB UNTUK 2019

Voice search optimization adalah metode optimasi halaman web supaya pemakai dapat mengerjakan interaksi dengan halaman web tersebut melewati suara. Sebenarnya Voice Search Optimization mempunyai tujuan yang mulia yaitu supaya sebuah web dapat mencapai siapa saja tergolong tuna netra. Dalam voice search API ada dua komponen yakni speech recognition dan speech synthesis.

API First Development

Konektivitas antar software tentunya telah menjadi sebuah hal yang semestinya di jaman di mana nyaris semua orang menggunakan software dalam kegiatan sehari-hari. Integrasi antar dua software atau lebih ini seringkali sering dimanfaatkan oleh situs e-commerce dengan mengerjakan integrasi pembayaran, pengiriman, lokasi, ataupun kurs mata uang. Semuanya memanfaatkan teknologi yang dinamakan application programming interfaces (API).

API memang bukan teknologi baru yang baru di sini ialah development yang berbasis API. Apa bedanya? Biasanya pengembangan software atau web tidak terfokus pada API. Pengembangan API tidak jarang kali dirasakan sebagai proyek sampingan yang tidak mempunyai proses desain, pengembangan, dan testing yang baik.

Pada development tradisional proses yang seringkali terjadi ialah sebagai berikut:

1. Tim R&D membuat desain aplikasi

2. Tim back-end developers menggarap prototype sedangkan tim yang lain laksana QA dan front end menunggu.

3. Setelah prototype jadi kesebelasan QA dan front-end menemukan akses dan langsung bekerja

4. Jika ada bugs, peningkatan fitur, atau juga improvement, siklus di atas bakal berulang.

Sedangkan pada API first development, sebuah tim tidak mesti menantikan tim yang lain menuntaskan sebuah pekerjaannya. API first development memakai API mocking (baca di sini untuk memahami apa tersebut API mocking) sampai-sampai QA, back-end, dan front-end dapat bekerja secara simultan.

Itulah tadi teknologi web yang bakal menjadi tren di 2019. Untuk kalian yang hendak membuat project web app tidak ada salahnya untuk belajar lebih dalam tentang teknologi yang sudah dilafalkan tadi.