Tiga Cerita Rakyat Paling Populer di Indonesia

Narasi rakyat dapat dijelaskan jadi peninggalan negara Indonesia yang perlu selalu dibudayakan sampai saat ini. Sebagai halnya pengarangnya yang terdapat sifat anonim serta persebarannya melalui mulut ke dalam mulut, tidaklah mengherankan kalau beberapa ceritanya dapat kedengar sedikit tidak serupa tergantung siapakah yang ceritakan.

Banyak fungsi yang dapat dirasa dengan mengenal beberapa narasi rakyat banyak daerah di Indonesia. Sekurang-kurangnya pembaca jadi tahu terkait budaya, rutinitas istiadat, serta beberapa nama wilayah di beberapa pulau di Indonesia. Soal inilah yang menjadi dasar kenapa narasi rakyat terus diperkenalkan sejak awal kali di anak-anak. Tiap wilayah punya beberapa narasi rakyat yang tidak sama namun juga menarik.

Berikut di bawah ini merupakan cerita rakyat yang ternama di Indonesia

  1. Ketimun Mas

Suatu narasi tradisionil dari Jawa tengah, “Ketimun Mas” (“Ketimun Emas”) memperlihatkan orang gadis muda pemberani yang berhasil lolos dari genggaman raksasa namanya Buto Ijo (“Raksasa Hijau”).

Ini mulai dengan orang janda tua tiada anak yang tinggal sendiri. Ia datang Buto Ijo, orang raksasa yang kuat, mengharap untuk diberi berkah dengan orang anak. Buto Ijo memberikan ketimun besar serta memohon janji untuk memberi anak sulungnya untuk dikonsumsi.

Di saat janda itu pulang, ia mendapatkan orang bayi wanita dalam ketimun. Ia memberi nama Ketimun Mas serta lupakan janjinya.

Satu hari, di saat Ketimun Mas udah remaja, Buto Ijo singgah ke rumah wanita tua itu memohon untuk penuhi janjinya. Wanita itu memerintah Ketimun Mas larikan diri, membuntelinya stock biji ketimun ajaib, jarum serta garam.

Buto Ijo kejar Ketimun Mas akan tetapi ia terus sukses larikan diri dengan gunakan strategi sulap ibunya. Buto Ijo selanjutnya ditaklukkan di saat Ketimun Mas menaburkan garam di kitarannya yang beralih jadi lautan serta menelannya utuh.

Penerbit Erlangga for Kids (EFK) membuat narasi vs Disney di tahun 2016. Didalamnya, Buto Ijo merupakan raksasa kesepian yang paling mau Ketimun Mas jadi temannya. Ketimun Mas memerintahnya tersenyum biar tak nampak mencekam. Narasi usai berbahagia dengan Buto Ijo yang tersenyum kumpul bersama rekan-rekan anyarnya.

BACA JUGA  5 Ide Bisnis Online untuk Pelajar SMA

Editor EFK Windrati Hapsari berkata terhadap Jakarta Globe kalau narasi itu berencana direvisi untuk bawa pesan pertemanan yang positif serta membuat kurang mencekam untuk anak-anak.

  1. Sangkuriang

Nama Tangkuban Parahu, gunung berapi di Lembang, Jawa Barat, mempunyai arti “perahu kebalik” dalam aksen Sunda di tempat. Nama ini diambil dari legenda lokal yang punyai persamaan dengan tragedi Yunani classic “Oedipus Rex.”

Figur penting dalam narasi ini merupakan orang putri pengisolasian namanya Dayang Sumbi penyuka menenun untuk isi senggang senggangnya. Satu hari, jarum tenunnya raib serta ia begitu malas untuk mendapatkannya. Kebalikannya ia bikin hasrat kalau ia dapat menikah dengan siapa saja yang mendapatkan jarum untuk dirinya.

Satu ekor anjing namanya Tumang mendapatkan jarum itu serta membawakannya balik ke Dayang Sumbi. Anjing itu nyatanya merupakan dewa yang disumpah untuk hidup jadi anjing. Dayang Sumbi serta Tumang menikah, serta tak lama setelahnya putra mereka Sangkuriang lahir.

Sangkuriang tumbuh jadi pemburu yang cekatan. Ia mencari dengan Tumang, akan tetapi tidak jelas kalau anjing itu sesungguhnya merupakan ayahnya. Satu hari, di saat ia tidak bisa mendapatkan mangsa, Sangkuriang membunuh Tumang serta bawa pulang hatinya.

Di saat Dayang Sumbi mengenal putranya sendiri sudah membunuh suaminya, ia memukul kepala Sangkuriang, tinggalkan sisa cedera yang besar, serta menyingkirkannya.

Sekian tahun lantas, Sangkuriang balik ke rumah serta suka di ibunya sendiri – yang sudah diberi rahmat tahan lama muda oleh banyak dewa. Dayang Sumbi pada mulanya ketarik oleh pemuda itu, saat ini orang pejuang tersohor, akan tetapi ia lantas memandang sisa cedera di kepala Sangkuriang serta mengerti kalau ia merupakan putranya sendiri.

Untuk menyudahi Sangkuriang menikah dengannya, Dayang Sumbi memerintahnya untuk bikin danau serta perahu besar untuk melaut sebelumnya fajar datang. Sangkuriang panggil sukma moyangnya untuk menolongnya merampungkan pekerjaan.

Waswas Sangkuriang dapat penuhi tenggat waktunya, Dayang Sumbi berdoa biar fajar ada lebih mula serta gunakan selendang ajaibnya untuk membikin cahaya matahari. Dalam keputusasaan, serta pikir kalau ia sudah tidak sukses jalankan pekerjaannya, Sangkuring menyepak perahunya yang 1/2 jadi kebalik serta perahu yang kebalik itu beralih jadi gunung.

  1. Sang Kancil
BACA JUGA  Manfaat Jagung Untuk Kesehatan yang Harus Kamu Tahu

Di Indonesia serta Malaysia, narasi perihal penipu yang dimaksud “Sang Kancil” (“Sang Kancil”) sangatlah ternama. Dalam narasi, Kancil terus mengupayakan petani serta hewan yang makin besar.

Dalam “Kancil serta Buaya”, Kancil mau melewati sungai untuk menggapai kebun ketimun. Sungai itu dipenuhi dengan buaya yang mau mengonsumsinya. Dalam satu diantaranya vs narasi, Kancil memerintah buaya berbaris lantaran mau memberinya mereka daging serta ia melonjak ke punggung buaya untuk menggapai kebun ketimun.

Vs lain berkata Kancil menipu buaya untuk berbaris dengan memberitahukan kalau raja rimba menggelar festival serta Kancil sudah ditugaskan untuk hitung jumlah buaya di sungai.

Narasi kancil sudah diganti jadi buku serta pementasan wayang. Menurut jurnal peristiwa Historia, vs tercatat paling tua dari narasi Kancil merupakan “Serat Kancil Amongsastra” oleh Kyai Rangga Amongsastra, orang penulis istana untuk Solo Sunan Pakubuwono V. Lagu-syair dicatat di tahun 1822 akan tetapi tak diluncurkan hingga sampai tahun 1878.

Buku Kancil yang lain termaksud “Serat Kancil van Dorp” yang diluncurkan oleh penulis Belanda G. C. T. van Dorp di Semarang, Jawa tengah, di tahun 1871. Juga ada “Serat Kancil Salokadarma” serta “Serat Kancil Amongraja”, yang dicatat untuk keraton Pakualaman Yogyakarta.

Menurut sejarawan Philip Frick McKean, kancil melukiskan pria Jawa atau Melayu yang baik, yang pecahkan soal yang tenang serta berkepala dingin untuk mengelit pergesekan terbuka.